Telegram dikenal sebagai aplikasi pesan terenkripsi yang populer di kalangan trader, komunitas crypto, hingga investor retail. Namun, di balik reputasinya, Telegram kini menjadi sarang penipuan digital.
Mulai dari grup investasi bodong, robot trading palsu, hingga crypto ponzi, ribuan korban di Indonesia sudah melaporkan kerugian hingga ratusan miliar. Artikel ini membongkar modus scam Telegram terbaru 2025, siapa yang jadi target, dan bagaimana cara melindungi diri.
👉 Baca juga: Investasi Ilegal 2025
📊 Fakta Penipuan Telegram di Indonesia
Menurut laporan Indonesia Anti Scam Centre (IASC):
- Telegram menjadi platform paling banyak digunakan scammer investasi sejak 2023.
- Hingga pertengahan 2025, tercatat 65.000+ laporan penipuan berbasis Telegram.
- Kerugian diperkirakan mencapai Rp2,3 triliun hanya dari kasus crypto & robot trading.
Bappebti bahkan merilis daftar entitas ilegal yang banyak beroperasi lewat Telegram. (Bappebti Alert)
⚠️ Modus Penipuan Telegram yang Sedang Marak
1. Grup Investasi Bodong
- Admin membuat grup dengan nama “Crypto Freedom”, “Forex Profit Harian”, atau “Investasi Syariah”.
- Janji return 10–30% per minggu tanpa risiko.
- Setelah banyak member deposit, admin kabur (exit scam).
👉 Lihat juga: Penipuan Crypto
2. Robot Trading Palsu
- Bot diklaim mampu trading otomatis dengan profit stabil.
- Korban diminta deposit USDT/IDR.
- Setelah 1–2 bulan, platform menghilang.
🔗 Referensi: CNBC Indonesia Report
3. Copy Trading & Signal Premium Abal-Abal
- Scammer menjual “sinyal trading premium” lewat grup Telegram.
- Korban membayar langganan bulanan, tapi sinyalnya asal-asalan.
- Ujung-ujungnya, korban loss besar.
4. Crypto Ponzi & MLM
- Skema piramida disamarkan dengan token baru.
- Member lama dibayar dari deposit member baru.
- Begitu tidak ada rekrutmen baru, sistem runtuh.
👉 Edukasi lebih lanjut: Investasi Ilegal 2025
5. Fake Airdrop & Giveaway Crypto
- Grup palsu mengaku bagi-bagi Bitcoin atau USDT.
- Korban diminta transfer “biaya gas” atau isi data wallet.
- Aset digital langsung dikuras.
📌 Studi Kasus Nyata
Kasus 1: Grup “Crypto Freedom”
Lebih dari 3.000 orang ditipu oleh grup Telegram yang menjanjikan profit 20% per minggu. Total kerugian diperkirakan Rp30 miliar.
Kasus 2: Robot Trading Palsu
Platform “AutoTradeX” di Telegram menipu investor dengan janji profit harian. Setelah berjalan 2 bulan, server hilang dan admin lenyap membawa Rp80 miliar.
Kasus 3: Signal Premium
Ratusan trader bergabung grup sinyal premium seharga Rp500 ribu/bulan. Hasil trading? 95% loss, sementara admin meraup keuntungan dari biaya langganan.
📖 Mengapa Telegram Jadi Sarang Scam?
- Anonimitas Tinggi → identitas admin sulit dilacak.
- Mudah Membuat Grup/Channel → scammer bisa ganti nama & logo kapan saja.
- Kurangnya Regulasi → berbeda dengan marketplace, grup Telegram tidak diawasi OJK atau Bappebti.
- Target Mudah Tergiur Cepat Kaya → investor retail pemula jadi sasaran empuk.
👉 Edukasi lengkap: Penipuan Crypto
🔍 Bagaimana Cara Melaporkan Penipuan Telegram?
Jika Anda menjadi korban, langkah berikut bisa dilakukan:
- Laporkan ke Bappebti jika terkait forex/crypto → Bappebti Alert.
- Laporkan rekening penampung ke bank dan cek di Blacklist Rekening Penipu.
- Gunakan Portal OJK Konsumen untuk melaporkan investasi ilegal.
- Simpan screenshot grup, chat, dan bukti transfer untuk bukti hukum.
- Jangan bayar “biaya admin/pajak tambahan” yang sering jadi trik scammer.
🛡️ Cara Menghindari Penipuan Telegram
- Hindari grup dengan janji profit tetap (10% per minggu = scam).
- Jangan transfer langsung ke wallet pribadi.
- Cek legalitas entitas di Daftar Investasi Ilegal OJK.
- Selalu cek rekening di Blacklist Rekening Penipu.
- Edukasi diri dengan membaca Investasi Ilegal 2025.
📰 Fakta & Angka Penipuan Telegram
Modus Scam | Persentase Kasus 2025 | Kerugian Rata-Rata |
---|---|---|
Grup Investasi Bodong | 40% | Rp5–20 juta / korban |
Robot Trading Palsu | 30% | Rp10–50 juta / korban |
Signal Premium Abal | 20% | Rp500 ribu–Rp5 juta |
Crypto Ponzi | 10% | Rp50 juta+ per grup |
Sumber: IASC, Bappebti, CNBC Indonesia
🎯 Kesimpulan
Telegram mungkin aplikasi yang populer, tapi kini juga jadi lahan basah bagi scammer. Dari grup investasi bodong hingga robot trading palsu, korban di Indonesia sudah merugi triliunan rupiah.
👉 Untuk melindungi diri:
- Jangan mudah percaya pada janji profit cepat.
- Cek Penipuan Crypto sebelum join investasi digital.
- Pastikan rekening diverifikasi di Blacklist Rekening Penipu.
Ingat: di dunia investasi, jika hasilnya terdengar terlalu bagus untuk jadi kenyataan, hampir pasti itu adalah penipuan.